Saya jadi teringat dengan seorang teman
SD saya dulu yang rumahnya berdekatan dengan sawah kepunyaan orang tua
saya… sahabat saya ini anak kedua dari empat orang bersaudara, ibunya
meninggal sewaktu melahirkan adiknya yang paling kecil… dia satu-satunya
anak laki-laki di dalam keluarganya… dia bersama tiga orang saudaranya
dibesarkan oleh ayah dan neneknya…
Biasanya, jika bapak dan mak kesawah saya
suka ikutan dan bermain ke rumah mereka… saya sangat ingat betul waktu
itu pohon nangka didepan rumah mereka sedang berbuah dan satu diantara
buahnya sudah matang… dengan menggunakan kayu jemuran kami menjatuhkan
buah nangka itu ke tanah dan memotongnya kemudian memakannya…
dikarenakan buah nangka itu banyak sekali getahnya kami seringkali
bercanda dengan saling menempelkan getah nangka ke tangan orang yang
disebelahnya… dan selalu diakhiri dengan tawa lepas seperti tertawanya
anak-anak kebanyakan…
Biji nangkanya tidak kami buang akan
tetapi kami kumpulkan… karena biji nangka itu sangat enak dimakan
setelah di bakar terlebih dahulu… Waktu itu kami berlarian membawa
biji-biji nangka yang dikumpulkan menuju dapur yang kebetulan waktu itu
nenek sahabat saya baru selesai memasak nasi… k ami menimbun buah nangka
itu dengan bara api sisa-sisa nenek memasak tadi… setiap ada biji
nangka yang sudah gosong dan kehitaman kami berebutan mengambilnya dan
mengupasnya… dan begitulah menikmati makanan dengan cara berebutan
selalu ada kepuasan sendiri, walaupun makanan itu bukanlah sebuah
makanan yang spesial…
Waktu kelas tiga caturwulan ke ketiga,
musibah menimpa keluarga teman saya… bapaknya yang bekerja mengambil
batu dari bukit batu di dekat sawah tertimpa batu besar… bapaknya
dilarikan kerumah sakit, menurut berita kaki sebelah kanannya hancur dan
diharuskan untuk segera diamputasi… akan tetapi belum sempat diamputasi
bapaknya sudah dipanggil yang Maha Kuasa…
Aura kesedihan menyelimuti kampung kami,
saudara-saudara orang tuanya yang di rantau pulang untuk ikut
menguburkan jenazah beliau setelah kejadian itu teman saya beserta
saudara2nya dibawa oleh paman dari keluarga ibunya ke perbatasan jambi
sedangkan neneknya dibawa paman dari keluarga bapaknya ke lampung…
Lama tidak mendengar kabar tentang dia…
belakangan saya dapat informasi kalau sekarang dia tinggal didepok…
Insya44JI, jika diizinkan oleh-Nya saya akan mengunjungi sahabat kecil
saya itu… ingin sekali saya mendengarkan cerita mengenai perjuangannya
hingga sampai bisa merantau ke kota depok… karena saya yakin cerita dari
orang-orang yang telah menjalani masa-masa tersulit dalam hidupnya akan
menjadi motivasi yang tiada ternilai harganya buat saya… yang selalu
akan membuat saya selalu bersyukur atas apa yang telah saya peroleh
sampai sekarang ini…
Man shabara zhafira… Siapa yang bersabar akan beruntung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar